|
PENULIS |
HERLINA FENTY BUY MAUKELA |
|
MAHASISWA
STIKES NUSANTARA KUPANG |
|
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Pada akhir 2018, sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Gejala HIV AIDS dapat bervariasi pada setiap individu, namun beberapa gejala umum yang muncul pada tahap awal infeksi HIV adalah demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Pada tahap lanjut, penderita HIV AIDS dapat mengalami infeksi oportunistik, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan kanker.
Pencegahan HIV AIDS dapat dilakukan dengan cara menghindari perilaku berisiko, seperti hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, dan transfusi darah yang tidak steril. Selain itu, penggunaan kondom saat berhubungan seksual dan tes HIV secara rutin juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit ini.
Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV AIDS, terapi antiretroviral (ARV) dapat membantu menekan perkembangan virus dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Selain itu, dukungan sosial dan psikologis juga penting bagi penderita HIV AIDS dan keluarganya.
Pandangan Masyarakat tentang Penyakit HIV/AIDS Seperti apa?
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang masih menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat. Meski telah tersedia banyak informasi mengenai penyakit ini, pandangan masyarakat masih sering keliru. Beberapa pandangan yang masih banyak dipegang oleh masyarakat antara lain: Menganggap HIV/AIDS hanya menyerang kelompok tertentu Beberapa masyarakat masih menutup bahwa HIV/AIDS hanya menyerang kelompok tertentu seperti pekerja seks, pengguna narkoba, atau kelompok LGBT.
Padahal, siapa saja bisa tertular HIV/AIDS, tanpa terkecuali. Menganggap HIV/AIDS sebagai kutukan atau hukuman Beberapa masyarakat masih menganggap bahwa HIV/AIDS merupakan kutukan atau hukuman bagi orang yang berperilaku tidak baik. Padahal, HIV/AIDS bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang perilaku atau latar belakang seseorang.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang HIV/AIDS meliputi :
- Meningkatkan edukasi dan informasi tentang HIV/AIDS
- Membuka ruang diskusi dan dialog terbuka tentang HIV/AIDS
- Melibatkan tokoh masyarakat dan pemberi pengaruh dalam kampanye HIV/AIDS
- Meningkatkan peran orangtua dalam mendidik anak tentang pergaulan bebas, dan mengadopsi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19. Dengan melakukan berbagai cara tersebut, diharapkan masyarakat dapat memperbaiki pola pikir mereka tentang HIV/AIDS dan ikut berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Dalam rangka menuju Indonesia Bebas AIDS 2030, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya HIV AIDS dan pentingnya pencegahan. Kampanye edukasi dan akses yang mudah terhadap tes HIV dan ARV dapat membantu mengurangi jumlah penderita dan mencegah penyebaran penyakit ini.
Dengan memahami gejala, penyebab, dan pencegahan HIV AIDS, kita dapat melakukan tindakan yang tepat untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyakit ini. Mari bersama-sama memerangi HIV AIDS dan menuju Indonesia Bebas AIDS 2030.

