|
PENULIS |
MELANIA
ISABELA ANJELINA MNANU |
|
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG |
Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perilaku pacaran anak muda atau remaja.Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa ini, remaja mulai mengeksplorasi diri dan lingkungan sekitarnya, termasuk dalam hal berpacaran.
Berpacaran pada remaja dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang bersifat romantis dan intim antara dua orang yang saling tertarik satu sama lain. Namun, perilaku berpacaran pada remaja juga dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak diatur dengan baik. Oleh karena itu, peran orangtua dalam membimbing perilaku berpacaran pada remaja sangat penting.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola didik orangtua dengan perilaku berpacaran pada remaja. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Chandi Salmon Conrad dan Sarlito Wirawan Sarwono menunjukkan bahwa pola asuh orangtua yang otoriter dan permisif dapat memperburuk perilaku seksual remaja, termasuk dalam hal berpacaran.
Pola asuh otoriter ditandai dengan kontrol yang ketat dan kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak, sedangkan pola asuh permisif ditandai dengan kurangnya pengawasan dan batasan yang jelas. Orang tua yang menganut pola asuh permisif atau otoriter dapat mempengaruhi perilaku pacaran remaja. Oleh karena itu, pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang ideal. Selain itu, Pendidikan seks yang baik dan benar juga sangat penting dalam membentuk perilaku pacaran yang sehat pada remaja. Orang tua dapat memberikan pendidikan seks kepada anaknya dengan cara yang benar dan tepat sejak dini.
Menurut beberapa penelitian sebelumnya, pola asuh permisif dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang permisif cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan kurang dapat mengontrol diri dalam bersosialisasi. Di sisi lain, pola asuh yang otoriter juga dapat mempengaruhi perilaku berpacaran anak muda. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang otoriter cenderung lebih sulit berkomunikasi dengan orang tua mereka dan memiliki kemampuan yang lebih lemah untuk mengembangkan keterampilan sosial dalam hal berkencan.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pola asuh demokratis dapat membantu anak memahami pentingnya menjaga diri sendiri saat menghadapi dan menghindari perilaku seksual yang tidak sehat. Orang tua yang demokratis menetapkan aturan yang jelas dan memberikan kebebasan kepada anak untuk bersosialisasi. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang demokratis umumnya lebih mampu mengendalikan diri secara sosial dan mengembangkan keterampilan sosial.
Selain model pendidikan, pendidikan seks juga sangat penting untuk membentuk perilaku pacaran yang sehat di kalangan remaja. Kemudahan penggunaan internet dan minimnya pendidikan orang tua memicu perilaku menyimpang seksual di kalangan remaja. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pendidikan seks yang baik dan benar kepada anaknya sejak dini. Pendidikan seks yang baik dan benar dapat membantu anak memahami pentingnya menjaga diri saat menghadapi dan menghindari perilaku seksual yang tidak sehat.
Sebuah artikel menyebutkan bahwa pola asuh yang baik dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Orang tua yang mendukung dan membimbing anak dalam berpacaran dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan pengendalian diri saat berpacaran.
Dalam menghadapi masa transisi dari anak-anak ke dewasa, peran orangtua sangat penting dalam membimbing perilaku berpacaran pada remaja. Dengan memberikan pengawasan dan dukungan emosional yang tepat, orangtua dapat membantu remaja dalam mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat dan positif.
Cara orangtua memberikan dukungan emosional yang tepat pada anak
Orangtua dapat memberikan dukungan emosional yang tepat pada anak dengan beberapa
cara:
- Pertama, orangtua perlu menjalin kedekatan dengan anak dan memberikan perhatian yang cukup, sehingga anak merasa dicintai dan diterima.
- Kedua, orangtua perlu membuka komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak, sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara dan meminta saran jika dibutuhkan.
- Ketiga, orangtua perlu memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak, sehingga anak merasa didukung dalam menghadapi masalah dan tantangan.
- Keempat, orangtua perlu memberikan pengawasan dan batasan yang jelas pada anak, sehingga anak merasa aman dan terlindungi. Denganmemberikan dukungan emosional yang tepat, orangtua dapat membantu anak dalam mengembangkan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Kapan sebaiknya orangtua membicarakan tentang pacaran dengan anak?
Orangtua sebaiknya membicarakan tentang pacaran dengan anak pada saat anak sudah cukup dewasa. Namun, jika anak mengaku berpacaran untuk pertama kalinya, orangtua sebaiknya tidak melarang atau memarahinya, melainkan membicarakan tentang batasan berpacaran dan memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak. Selain itu, orangtua juga perlu mengenali tanda-tanda anak mulai jatuh cinta dan membicarakan tentang teman lawan jenis dengan anak.
Dalam membicarakan tentang pacaran dengan anak, orangtua perlu mengambil pendekatan yang positif dan memberikan pesan-pesan moral yang baik Orangtua juga perlu memberikan contoh nyata dan memunculkan topik pembicaraan secara terbuka, sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara dan meminta saran jika dibutuhkan. Dengan membicarakan tentang pacaran dengan anak secara tepat, orangtua dapat membantu anak dalam mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat dan positif.
Seperti apa peran orangtua dalam membimbing anak saat berpacaran?
Orangtua memiliki peran penting dalam membimbing anak saat berpacaran, seperti yang dijelaskan dalam.
- Pertama, orangtua perlu membuka komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan berpacaran, sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara dan meminta saran jika dibutuhkan.
- Kedua, orangtua perlu memberikan pengawasan dan batasan yang jelas pada anak, sehingga anak merasa aman dan terlindungi.
- Ketiga, orangtua perlu memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak, sehingga anak merasa didukung dalam menghadapi masalah dan tantangan.
- Keempat, orangtua perlu memberikan pemahaman mengenai dampak negatif dari perilaku berpacaran yang tidak sehat, sehingga anak dapat memahami pentingnya mengatur perilaku berpacaran dengan baik dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul.
- Kelima, orangtua perlu membimbing anak dalam memilih pasangan yang tepat dan mengembangkan hubungan yang sehat dan positif. Dengan membimbing anak dengan baik, orangtua dapat membantu anak dalam mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat dan positif.
Tips untuk orang tua dalam menyikapi anak yang pacaran
Berikut adalah beberapa tips untuk orang tua dalam menyikapi anak yang pacaran:
- Membicarakan tentang batasan berpacaran dan memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak.
- Mengenali tanda-tanda anak mulai jatuh cinta dan membicarakan tentang teman lawan jenis dengan anak.
- Mengenal orangtua dari pasangan anak.
- Tegaskan tentang masalah kekerasan dalam hubungan dan membicarakan tentang pendidikan seks dengan anak.
- Membangun komunikasi dua arah yang baik dengan anak dan menjadi pendengar yang baik.
- Menggunakan sudut pandang dengan pemikiran terbuka terhadap anak.
- Memberikan contoh nyata dan memunculkan topik pembicaraan secara terbuka.
- Bekali anak dengan pemahaman mengenai pentingnya fokus pada pendidikan dan masa depan, serta dampak negatif dari perilaku berpacaran yang tidak sehat.
Hal yang harus dihindari oleh orangtua dalam menyikapi anak yang pacaran seperti :
- Hindari kritik dan ejekan mengenai siapa yang mereka sukai, karena sangat penting untuk anak merasa dihormati mengenai perasaannya.
- Hindari melarang atau memarahi anak ketika mengaku berpacaran untuk pertama kalinya, melainkan membicarakan tentang batasan berpacaran dan memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak.
- Hindari terpancing emosi dan jangan mengambil tindakan yang berlebihan, seperti mengintimidasi atau mengancam pasangan anak.
- Hindari mengabaikan tanda-tanda bahaya dalam hubungan pacaran anak, seperti kekerasan atau pelecehan.
- Hindari memberikan contoh buruk atau perilaku yang tidak sehat dalam hubungan percintaan.
- Hindari memaksakan pandangan atau kehendak pada anak, melainkan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara dan meminta saran jika dibutuhkan.
- Hindari mengabaikan pendidikan seks dan memberikan pemahaman yang salah mengenai seksualitas pada anak. Dengan mengikuti tips-tips tersebut dan menghindari hal-hal yang harus dihindari, orang tua dapat membantu anak dalam mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat dan positif.
Singkatnya, model pendidikan orang tua dapat mempengaruhi perilaku pacaran remaja. Pola asuh permisif atau otoriter dapat mempengaruhi perilaku berpacaran anak muda, sedangkan pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang ideal. Selain itu, pendidikan seks yang baik dan benar juga sangat penting dalam membentuk perilaku pacaran yang sehat pada remaja. Orang tua dapat mengajarkan anaknya tentang pendidikan seks dengan cara yang benar dan tepat sejak usia dini serta mendukung dan membimbing anak dalam berpacaran. Diharapkan anak tumbuh dengan perilaku pacaran yang sehat dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
|
PENULIS |
Melania Isabela Anjelina Mnanu |
|
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NUSANTARA KUPANG |

