|
PENULIS |
MEVI ANANTHA SNAE MAHASISWA STIKES
NUSANTARA KUPANG |
Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang memengaruhi pemikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Ini adalah gangguan mental kronis yang dapat menyebabkan halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku. Skizofrenia sering dikaitkan dengan psikosis, yang merupakan gejala gangguan jiwa seperti gangguan bipolar, depresi berat, dan skizofrenia.
- Jenis-jenis
Ada beberapa jenis skizofrenia yang mungkin terjadi pada orang dewasa. Jenis-jenis skizofrenia dapat bervariasi tergantung pada sistem klasifikasi yang digunakan, tetapi beberapa jenis yang paling umum termasuk skizofrenia paranoid, skizofrenia yang tidak teratur, skizofrenia katatonik , skizofrenia residual, dan skizofrenia yang tidak berdiferensiasi.
1) Skizofrenia paranoid ditandai dengan delusi dan halusinasi, sedangkan skizofrenia yang tidak teratur ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur.
2) Skizofrenia katatonik ditandai dengan gerakan dan perilaku yang tidak biasa, sedangkan skizofrenia residual ditandai dengan kurangnya motivasi dan ekspresi emosional.
3) Skizofrenia yang tidak berdiferensiasi adalah jenis skizofrenia yang tidak sesuai dengan kategori lainnya.
- Penyebab
Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang dapat memengaruhi perilaku, emosi, dan komunikasi. Penyebab pasti skizofrenia belum diketahui, namun diyakini terkait dengan beberapa faktor, antara lain genetik, ketidakseimbangan kimiawi di otak, dan faktor lingkungan.
Berikut adalah beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap perkembangan skizofrenia:
1) Genetika : Seseorang dari keluarga dengan riwayat skizofrenia 10% lebih mungkin untuk mengembangkan kondisi tersebut. Risiko meningkat menjadi 40% jika kedua orang tua menderita skizofrenia, dan hingga 50% jika memiliki saudara kembar identik dengan kondisi tersebut.
2) Ketidakseimbangan kimia di otak : Skizofrenia diyakini disebabkan oleh ketidakseimbangan bahan kimia di otak, terutama dopamin dan glutamat.
3) Faktor lingkungan : Komplikasi selama kehamilan dan persalinan, seperti malnutrisi, paparan racun atau virus, preeklampsia , diabetes, dan perdarahan selama kehamilan, diyakini dapat meningkatkan risiko skizofrenia pada anak. Komplikasi selama persalinan, seperti kekurangan oksigen, berat badan lahir rendah, atau kelahiran prematur, juga dapat meningkatkan risiko skizofrenia.
Faktor lingkungan lain yang dapat berkontribusi pada perkembangan skizofrenia termasuk penyalahgunaan obat dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.
- Gejala
Gejala skizofrenia pada orang dewasa dapat bervariasi, tetapi biasanya gejalanya adalah delusi , halusinasi , dan perubahan perilaku. Gejala skizofrenia muncul pada usia remaja dan awal 20-an, dan pada usia ini , tanda-tanda paling awal mungkin diabaikan karena mencerminkan perilaku remaja yang khas.
Beberapa gejala awal skizofrenia adalah:
1) Kurangnya minat atau motivasi.
2) Kesulitan konsentrasi.
3) Perubahan suasana hati.
4) Perubahan perilaku.
Orang dengan skizofrenia mungkin juga mengalami kesulitan dalam berbicara, mengekspresikan emosi, dan menjalin hubungan sosial Selain itu, penderita skizofrenia juga rentan melakukan percobaan bunuh diri. Perlu diingat bahwa gejala skizofrenia pada anak berbeda dengan gejala pada orang dewasa.
- Cara Mengobati
Skizofrenia belum dapat disembuhkan secara total , namun pengobatan bertujuan untuk mengendalikan dan meredakan gejala. Obat antipsikotik dapat diresepkan oleh dokter untuk mengurangi gejala seperti delusi , halusinasi , sulit konsentrasi , serta rasa cemas dan bersalah. Selama pengobatan, pasien harus rutin melakukan kontrol agar dokter dapat menilai efektivitas obat, mengatur dosis yang tepat, dan mengantisipasi efek samping obat. Terapi perilaku kognitif juga dapat membantu mengubah perilaku dan pola pikir pasien, membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan delusi, serta melarang pasien cara mmengatasiny. Terapi ini bisa dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Selain itu, ada beberapa cara menghadapi orang dengan skizofrenia yang benar, seperti memberikan dukungan emosional, memahami kondisi pasien, dan menghindari konflik.
- Peran Perawat
Peran perawat jiwa dalam menangani pasien gangguan skizofrenia pada dewasa Perawat jiwa memainkan peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien dengan gangguan skizofrenia . Berikut beberapa peran perawat jiwa dalam menangani pasien dengan gangguan skizofrenia pada dewasa yang dapat ditemukan dari hasil pencarian :
1) Memberikan tindakan asuhan pertolongan secara langsung.
2) Membutuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene.
3) Merawat pasien jiwa dengan memberikan empati pada keluarga pasien, membantu hubungan yang akrab dengan orang gangguan jiwa serta memfasilitasi.
4) Memberikan terapi psikososial yang dapat dilaksanakan di rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa, rumah.
5) Memberikan bantuan biaya secara individu, terapi keluarga dan Membantu pasien dalam berlatih untuk meningkatkan perawatan diri dan melakukan aktivitas.
6) Memahami persepsi perawat tentang pasien skizofrenia, respon emosional perawat selama merawat pasien skizofrenia, dan keberhasilan proses perawatan mental.
7) Memberikan dukungan emosional dan psikologis pada pasien dan keluarga mereka.
8) Perawat jiwa juga harus memahami karakteristik unik pasien jiwa yang dapat mempengaruhi pola pemberian asuhan keperawatan. Dalam menangani pasien dengan gangguan skizofrenia, perawat jiwa harus memperhatikan faktor genetik dan aspek psikologis yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada pasien.
Perawat jiwa memainkan peran penting dalam merawat pasien dengan gangguan skizofrenia, terutama dalam membantu pasien memenuhi kebutuhan personal hygiene, mencegah risiko perilaku bunuh diri, dan memberikan terapi psikodinamik. Perawat jiwa harus mampu memahami kondisi pasien dan memberikan dukungan yang tepat untuk membantu pasien mengatasi gejala skizofrenia mereka. Dengan perawatan yang tepat, pasien dengan gangguan skizofrenia dapat memperbaiki kualitas hidup mereka dan meraih masa depan yang lebih baik.

