-->

Peran Perawat Jiwa dalam Menangani Gangguan Mental pada Lansia


PENULIS

KRISTIAN NALDI FANGGI

MAHASISWA STIKES NUSANTARA KUPANG


Gangguan mental pada lansia menjadi masalah kesehatan yang semakin penting untuk diperhatikan. Gangguan mental dapat mempengaruhi bagaimana cara seseorang berperilaku, berhubungan/sosial dengan orang lain, membuat pilihan, hingga dapat memicu hasrat untuk menyendiri dan menyakiti diri sendiri. Beberapa jenis gangguan mental Lansia yang umum ditemukan di masyarakat adalah depresi, gangguan bipolar, kecemasan atau ketakutan, stres, dan lain-lain. Oleh karena itu, peran perawat jiwa dalam menangani gangguan mental pada lansia sangat penting.

Tanda & gejala gangguan mental pada lansia
Setiap jenis gangguan kejiwaan pada lansia menimbulkan gejala yang berbeda. Berikut ini penjelasan tanda dan gejala sesuai dengan jenis gangguan kejiwaan yang dimiliki lansia. Pada lansia, rasa sedih bukanlah gejala utama dari depresi yang mereka idap. Terlebih, orang yang lebih tua juga enggan untuk meminta bantuan pada dokter. Itulah sebabnya, depresi pada usia ini lebih sulit dikenali ketimbang pada orang yang usianya lebih muda. 
Meski begitu, ada beberapa gangguan mental depresi yang umumnya ditunjukkan lansia, seperti dilansir dari laman MayoClinic, di antaranya:
  • Perubahan kepribadian dan daya ingat juga memburuk.
  • Sering kali mengalami nyeriotot.
  • Kelelahan disertai kehilangan nafsu makan dan minat pada seks menurun, yang tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain maupun pengobatan.
  • Sulit untuk tidur dan menarik diri dari lingkungan.
  • Terbesit pikiran untuk bunuh diri, terutama pada pria.
Penyebab gangguan mental pada lansia
Setiap jenis gangguan mental yang menyerang lansia memiliki penyebab yang berbeda-beda. Penyebab depresi diketahui meliputi perubahan biologis dan senyawa kimia di otak, ketidakseimbangan hormon tubuh, serta kemungkinan diwariskan dalam keluarga.

Sementara gangguan mental pada lansia seperti bipolar disoder, tidak diketahui penyebab pastinya. Begitu juga dengan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder. Meski begitu, kondisi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh adanya kelainan fungsi dan senyawa kimia di otak, serta kombinasi genetik tertentu. Pada beberapa kasus, gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan tiroid.

Faktor risiko gangguan mental pada lansia
Meskipun penyebab pasti dari gangguan mental pada lansia tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risikonya.
Berikut ini adalah faktor risiko dari depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.
  • Korbanpelecehanseksual atau kekerasan fisik di masa lalu menimbulkan trauma yang memicu depresi dan gangguan kecemasan.
  • Stres karena memiliki penyakit kronis, ditinggalkanorangyangdicintai, memiliki masalahkeuangan, masalah pekerjaan, atau masalah keluarga.
  • Riwayat keturunan dengan depresi, gangguan kecemasan, skizfrenia, atau bipolar disorder.
  • Penyalahgunaan obat-obatan, seperti narkoba dan memiliki kecanduanalkohol.
  • Cenderung mudah cemas, pesimis, self estem yang rendah dan suka mengkritik diri sendiri.
  • Dilahirkan dari ibu yang mengalami komplikasi kehamilan, seperti kekurangan zat gizi, terpapar racun, atau terinfeksi virus yang mengganggu perkembangan otak.
Komplikasi gangguan mental pada lansia
Gangguan mental yang terjadi pada lansia harus diobati segera. Jika tidak, bisa menimbulkan berbagai komplikasi, di antaranya:
  • Kualitas hidup yang memburuk karena sulit untuk menjalin hubungan dengan keluarga, dan orang di sekitar dengan baik.
  • Kesehatan tubuh menjadi lebih buruk. Pada beberapa kasus, kecemasan dan stres bisa menyebabkan penyakit jantung, obesitas, dan gangguan pencernaan kronis.
  • Dapat menyebabkan cacat tubuh atau kematian jika penderitanya melakukan percobaan bunuh ddiri
Diagnosis & pengobatan gangguan mental pada lansia
komplikasi tidak terjadi dan kualitas hidup lansia dengan penyakit mental bisa ditingkatkan, mereka perlu menjalani pengobatan. Sebelum pengobatan dilakukan ahli kejiwaan akan meminta pasien untuk menjalani serangkaian tes kesehatan dan kemudian menegakkan diagnosis.
Berikut ini adalah beberapa tes kesehatan untuk mendiagnosis gangguan mental pada lansia.
  1. Tes fisik. Pada tes ini dokter akan menanyakan gejala apa saja yang dialami pada pasien dan anggota keluarga atau pengasuh. Selain itu, dokter juga akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
  2. Tes laboratorium. Pada tes ini dokter mungkin akan memeriksa fungsi tiroid, jantung, atau kondisi otak pasien lewat tes darah, elektrokardiogram, ekokardiogram, dan tes pencitraan.
  3. Evaluasi psikiatri. Dokter akan bertanya tentang gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku pasien. Dokter juga akan meminta pasien untuk mengisi kuesioner.
  4. Panduan DSM-5. Dokter dapat menggunakan kriteria depresi, gangguan kecemasan, bipolar disorder, atau skizofrenia yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).
Peran Perawat Jiwa Lansia
Sebagai perawat jiwa lansia, perawat harus menggabungkan keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan jiwa. Perawat jiwa lansia harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan psikiatrik pada lansia. Mereka dapat memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi, remotivasi, kehilangan dan kelompok sosialisasi dimana perawat dengan tingkat ahli dapat memberikan psikoterapi. Perawat jiwa lansia juga harus mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untuk mengidentifikasi aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien.

Terapi Psikososial
Terapi Psikososial dapat diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan secara individu, terapi keluarga, dan kelompok pada semua usia. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Terapi ini juga dapat membantu pasien untuk menghindari masalah psikiatri. Beberapa terapi psikososial yang dapat diberikan oleh perawat jiwa lansia adalah:
  • Melaksanakan intervensi krisis.
  • Memberikan psikoterapi pada individu, keluarga, dan kelompok pada semua usia.
  • Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
  • Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan dan pendidikan.
  • Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan perkembangan, dan pendidikan seks.
  • Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
  • Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan fungsi kelompok.
Pelayanan Intervensi Keperawatan Jiwa pada Lansia di Masyarakat
Pelayanan intervensi keperawatan jiwa pada lansia di masyarakat sangat penting untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatan mental. Pelayanan ini dapat dilakukan oleh perawat jiwa lansia di rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa, dan rumah. Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis dan sosial pada pasien dan keluarga mereka. Pelayanan ini juga dapat membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Peran perawat jiwa sangat penting dalam menangani gangguan mental pada lansia. Perawat jiwa lansia harus menggabungkan keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan jiwa. Terapi psikososial dapat diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan secara individu, terapi keluarga, dan kelompok pada semua usia. Pelayanan intervensi keperawatan jiwa pada lansia di masyarakat sangat penting untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, perawat jiwa lansia harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani gangguan mental pada lansia.
LihatTutupKomentar

Total Pageviews