|
Penulis Mahasiswa
S1 Keperawatan, Stikes
Nusantara Kupang. |
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering disalahpahami dan dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu, termasuk kepercayaan. Merupakan mitos bahwa orang yang tidak beriman atau kurang beriman lebih rentan terhadap gangguan jiwa. Namun, apakah mitos ini benar?
Meski ibadah bisa menjadi cara mengatasi gangguan jiwa, bukan berarti orang yang tidak beriman atau kurang beriman lebih rentan mengalami gangguan jiwa. Gangguan kesehatan mental disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Oleh karena itu, keyakinan seseorang tidak dapat dijadikan tolak ukur apakah seseorang terkena gangguan jiwa atau tidak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iman dan spiritualitas dapat membantu seseorang mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mentalnya.
Mitos bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak bisa bekerja juga tidak sepenuhnya benar. orang dengan masalah kesehatan mental dapat bekerja dan berpartisipasi dalam masyarakat seperti orang lain jika mereka mendapatkan dukungan dan perawatan yang tepat. Masih banyak mitos dan kesalahpahaman tentang gangguan kesehatan mental yang perlu dihilangkan. Misalnya, mitos bahwa gangguan jiwa hanya terjadi pada orang lemah atau orang dengan gangguan jiwa selalu berbahaya bagi orang lain.
Anggapan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh lemahnya iman atau kurang beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah keliru. Hal ini dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan masalah kesehatan mental dan menghambat upaya untuk mencari pengobatan yang tepat.
Singkatnya, tidak ada bukti ilmiah tentang hubungan langsung antara iman dan gangguan mental. Gangguan jiwa disebabkan oleh banyak faktor dan keyakinan seseorang tidak dapat dijadikan ukuran seseorang terkena gangguan jiwa atau tidak. Itulah mengapa penting untuk menghilangkan mitos dan kesalahpahaman tentang gangguan mental dan memberikan dukungan dan pengobatan yang tepat bagi orang dengan masalah kesehatan mental.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa, antara lain:
- Faktor biologis seperti keturunan/genetik, masa kandungan, proses kelahiran, pola makan, riwayat cedera kepala dan adanya gangguan kesehatan fisik
- Faktor psikologis seperti trauma psikis yang berat, kekerasan psikis, fisik atau seksual dan masalah yang sulit dipecahkan.
- Faktor sosial seperti kehidupan keluarga yang disfungsional, perasaan tidak mampu, harga diri rendah, ketakutan, kemarahan atau kesepian.
- Faktor predisposisi dan pencetus aspek biologis, psikologis dan social.
Agama dapat memainkan peran penting dalam membentuk dan menjaga kesehatan mental.
Agama dapat memainkan peran penting dalam membentuk dan menjaga kesehatan mental. Seperti disebutkan dalam artikel tersebut, pakar kesehatan mental dan psikiatri mengakui bahwa agama adalah bagian integral dari menciptakan dan memelihara kesehatan mental. Agama dapat memiliki penyembuhan terapeutik dan efek pencegahan pada kesehatan mental atau masalah kesehatan mental. Disebutkan juga bahwa pengamalan ajaran agama dapat memberikan efek preventif terhadap masalah kesehatan jiwa. Agama dapat membantu seseorang mengatasi frustasi dan stress yang dapat memicu gangguan jiwa.
Dinyatakan bahwa peran agama dalam membentuk kesehatan mental seseorang adalah membantu seseorang menjaga jiwanya, mencegah gangguan kejiwaan, dan mempromosikan masalah kesehatan mental. Agama dapat memberikan tuntunan moral dan spiritual yang dapat membantu seseorang menghadapi masalah kesehatan mental. Namun, ingatlah bahwa agama bukanlah satu-satunya faktor yang dapat membantu mencegah gangguan jiwa.
Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh banyak faktor dan memerlukan penanganan yang tepat. Itulah mengapa penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental kita dengan cara yang sehat dan tepat, termasuk dengan langkah pencegahan yang tepat. Tidak benar bahwa gangguan jiwa hanya terjadi pada orang yang tidak beriman.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keyakinan dan praktik keagamaan dapat menjadi faktor kunci dalam pemulihan dan pengembangan diri fungsional setelah psikosis. Terdapat hubungan yang kompleks antara agama dan kesehatan jiwa, dimana partisipasi beragama dapat mencegah gangguan jiwa atau menimbulkan gejala, sedangkan gejala yang sama dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi beragama. Agama dan spiritualitas memiliki manfaat kesehatan mental, seperti mendorong pemulihan dari masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, gangguan jiwa dapat terjadi pada orang yang beriman maupun yang tidak beriman.
Terima kasih
|
Penulis Mahasiswa
S1 Keperawatan, Stikes
Nusantara Kupang. |

