Gangguan jiwa atau gangguan mental merupakan jenis penyakit yang memengaruhi emosi seseorang. Kondisi ini menyebabkan pola pikir dan perilaku pengidapnya mungkin berbeda serta mengalami perubahan. Sayangnya, orang yang mengidap penyakit ini sering dipandang sebelah mata dan diidentikkan dengan hal-hal yang negatif. Salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat adalah bahwa gangguan jiwa hanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa. Apakah benar demikian? Mari kita lihat fakta dan kesalahpahaman mengenai hal ini.
Fakta Mengenai Gangguan Jiwa
Sebelum membahas lebih jauh mengenai hal tersebut, ada baiknya kita mengetahui fakta-fakta mengenai gangguan jiwa. Beberapa dekade terakhir, jumlah orang yang didiagnosis gangguan jiwa meningkat pesat. Variasinya mulai dari gangguan depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia dan masih banyak lainnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan melaporkan bahwa 1 dari 4 orang berisiko mengidap penyakit/gangguan jiwa.
Gejala yang muncul sebagai tanda penyakit ini bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis gangguan yang dialami. Orang dengan kondisi ini bisa saja mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Secara umum, gejala yang sering dikaitkan dengan gangguan jiwa adalah delusi, halusinasi, suasana hati yang sering berubah-ubah, rasa cemas dan takut berlebihan, serta ketidakstabilan emosi dan gejala lainnya. Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang bisa mengembangkan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang disebut bisa meningkatkan risiko gangguan jiwa, salah satunya adalah faktor genetik.
Gangguan jiwa bisa terjadi karena adanya peristiwa traumatis, seperti kekerasan dan pelecehan seksual, kehilangan anggota keluarga atau orangtua. Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang yang berkembang mulai kanak-kanak. Keluarga yang kurang dapat menjalankan fungsinya dengan baik, akan rentan memunculkan gangguan psikologis/gangguan mental mulai dalam taraf ringan sampai berat pada anggota keluarga.
Terdapat beberapa penyebab gangguan jiwa, yaitu karena faktor genetik (keturunan), faktor fisik, serta lingkungan keluarga dan sosial. Pada faktor genetik (keturunan), dapat disebabkan karena terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sehingga menurun pada anggota keluarga lainnya. Namun, faktor genetik bukan satu-satunya penyebab gangguan jiwa, karena faktor lingkungan keluarga dan sosial juga dapat memicu munculnya gangguan mental
Sebuah penelitian menemukan bahwa banyak gangguan kejiwaan cenderung diturunkan dalam keluarga, sehingga ini menunjukkan adanya potensi genetik. Namun, bukan berarti orangtua yang memiliki gangguan mental akan melahirkan anak dengan gangguan mental juga.
Mitos Gangguan Jiwa Hanya Terjadi pada Orang yang Memiliki Riwayat Keluarga dengan Gangguan Jiwa
Salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat adalah bahwa gangguan jiwa hanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Meskipun faktor genetik bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan jiwa, namun bukan berarti orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa tidak bisa mengalami kondisi ini.
Menurut Dr. dr. Siti Rizny F. Sjahruddin, Sp.KJ(K), seorang dokter spesialis kedokteran jiwa, faktor genetik hanya memengaruhi sekitar 30-40% risiko seseorang mengalami gangguan jiwa. Sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Beberapa faktor lingkungan yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan jiwa antara lain adalah pengalaman masa kecil yang traumatis, stres, dan kurangnya dukungan sosial. Sedangkan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang tidur, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan jiwa.
Selain itu, Mitos tentang gangguan jiwa yang sering terjadi di masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut
- Orang yang mengidap gangguan jiwa hanya orang "gila". Padahal, tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa dapat disebut "gila" secara medis. Secara medis, mungkin yang disebut "gila" oleh masyarakat adalah orang-orang yang mengalami gangguan psikotik
- Gangguan jiwa hanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa. Padahal, gangguan jiwa tidak ada hubungannya dengan kelemahan karakter atau pribadi seseorang
- Orang yang memiliki banyak kerabat atau kawan tidak akan mengalami gangguan jiwa. Padahal, gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja, tidak peduli seberapa banyak kerabat atau kawan yang dimiliki
- Orang yang memiliki gangguan kesehatan mental tidak perlu konsultasi ke tenaga medis jika memiliki teman dan keluarga untuk mengobrol. Padahal, penderita gangguan jiwa tetap memerlukan bantuan tenaga medis untuk mendapatkan pengobatan yang tepat
- Penderita gangguan jiwa pasti berbahaya dan berperilaku kriminal. Padahal, penyandang gangguan jiwa tidak lebih agresif atau berbahaya daripada orang normal.
Mitos bahwa gangguan jiwa hanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa adalah salah. Faktor genetik memang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan jiwa, namun bukan berarti orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa tidak bisa mengalami kondisi ini. Sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gaya hidup.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami fakta mengenai gangguan jiwa dan tidak terjebak dalam mitos yang beredar di masyarakat. Dengan memahami fakta, kita bisa lebih memahami kondisi orang yang mengalami gangguan jiwa dan memberikan dukungan yang tepat.
PENULIS :
- ANA KAROLINA POOKEY
- HELMINCE HINA DUNA
- FERNILIA SOARES
- JUWITA P.R. LAOEPADA
- JANIO E. DOS R. SILVIA
- DENY KRISDIANTO
- NOTILES WANIMBO
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG

